Archaebacteria dimasukan dalam kelompok prokariot karena tidak memiliki membran inti sel. Struktur sel dan metabolisme Archaebacteria sama dengan organisme prokariotik lainya. Organisme ini banyak di temuka di daerah berkondisi ekstrem, penelitian Carl Wose menunjukan bahwa Archaebacteria berbeda dengan bakteri kara memiliki perbedaan pada susunan RNA dan dinding sel.
Jenis-Jenis Archaebacteria
pada sistem penjabaran modern, Archaebacteria dibagi menjadi empat grup utama yaitu krenarkaeota, euriarkaeota, korarkaeota, dan nanoarkaeota. Euriarkaeota merupakan gerombolan yg krusial, terdiri asal metanokokus, metanopiri, metanobakter, halobakteri, termoplasma, termokokus, serta arkaeoglobi. Sesuai keadaan lingkungan yang dikehendaki, Archaebacteria dibedakan menjadi tiga kelompok.
Archaebacteria ini ditemukan di lingkungan berkadar garam tinggi. Contohnya artinya Halobacterium yang bisa tumbuh optimum pada kadar garam dengan tinggi 20 – 30 %. Jika konsentrasi garam turun, sel Halobacterium mengalami lisis sehingga rusak dan tewas.
Archaebacteria metanogen memperoleh energi berasal metabolisme yg membarui senyawa karbon dioksida dan hidrogen sebagai gas metana. Senyawa yg bisa diubah menjadi metana oleh orgnisme ini diantaranya methanol, asam formiat, asam asetat, serta metal alamin. Dalam dekomposisi senyawa organik contohnya selulosa, pati, protein, asam amino, lemak, dan alkohol Archaebacteria metanogen membutuhkan bakteri anaerob lain yg bisa mengganti senyawa itu menjadi karbon dioksida serta hidrogen. Gas karbon dioksida dan hidrogen ini kemudian digunakan sang Archaebacteria metanogen.
Seluruh Archaebacteria metanogen bersifat anaerobik. Archaebacteria jenis ini seringkali ditemukan pada sisa -residu tumbuhan yang membusuk secara anaerobik. Bakteri ini pula ditemukan hayati pada tanah, kolam, serta pada saluran pencernaan binatang ruminansia. Archaebacteria metanogen berperan krusial di degradasi limbah pada unit pengolahan limbah. Model Archaebakteria metanogen artinya Metanococcus, Metanobacter, dan Metanomicrobium.
Archaebacteria ini bisa hidup pada lingkungan bersuhu cukup tinggi, lebih tinggi daripada suhu yang ditolerir Eubacteria, yaitu mencapai suhu 80° – 110°C. Suhu dengan tinggi ini umumnya dijumpai pada kawasan pembuatan kompos, sumber air panas, serta wilayah geothermal pada laut dalam. Thermus aquaticus ditemukan pada perairan yang suhunya mencapai 79°C.
Beberapa jenis Archaebacteria termofil lain bergantung di keberadaan sulfur dalam metabolismenya. Contoh Archaebacteria termofil adalah Sulfolobus, Termoplasma, Pyrodictium, dan Termococcus.
Peranan Archaebacteria
Archaebacteria membantu pencernakan kuliner pada ruminansia. Bakteri metanogen dipergunakan buat degradasi limbah pada unit pengolahan limbah. Membantu pembuatan kompos dan biogas. Sampai waktu ini tidak ditemukan Archaebacteria yg menyebabkan penyakit di organisme lain.
0 Komentar untuk "Archaebacteria, Ciri-Ciri dan Peranannya"